Salah
satu bentuk upacara labuhan pantai selatan yang terkenal adalah labuhan di
Pantai Baron, GunungKidul. Dalam hubungannya dengan upacara tradisional, yaitu
upacara tradisional labuhan di Pantai Baron, berarti memberi sesaji kepada
penguasa Laut Selatan, yang menurut kepercayaan sebagian warga masyarakat
setempat ialah Kanjeng Ratu Kidul. Apabila dilihat dari proses
penyelenggaraannya, rangkaian upacara tradisional labuhan itu berlangsung dua
tahap, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan
upacara.
Kegiatan-kegiatan
yang bersifat persiapan adalah kegiatan sebelum upacara dimulai. Ada dua macam
kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pamong desa atau pejabat setampat,
dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh keluarga keturunan Ki Tirtasegara
beserta warga masyarakat Upacara Labuhan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
ahli waris keluarga keturunan Ki Tirtasegara beserta warga masyarakat setempat
pendukung upacara, mereka mengadakan komunikasi antara satu dengan yang lain.
Intinya saling mengingatkan bahwa upacara tradisional labuhan sudah semakin
dekat.
Mengenai
masalah pembiayaan, dengan sukarela menyumbangkan sesuatu dalam rangka memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan upacara
labuhan.
Ada yang membelikan seekor ayam, sejumlah bumbu, seekor kambing, seikat kayu
bakar dan lain sebagainya.
Menurut
tradisi, malam hari sebelum siang harinya dilaksanakan upacara tradisional
labuhan, maka terlebih dulu dilaksanakan malam tirakatan. Tujuannya
memanjatkkan doa, memohon kepada yang maha kuasa agar upacara labuhan yang akan
dilaksanakan esok sorenya berjalan lancar dan tidak ada halangan.
Disamping
itu, sebagian diantara peserta tirakatan, sudah ada yang mulai bekerja,
khususnya memilah-milah bumbu dan menyiapkan perlengkapan untuk memasak esok
harinya. Kegiatan-kegiatan itu, secara berurutan biasa disebutkan sebagai berikut, pembakaran
kemenyan dupa oleh pemimpin upacara.
Setelah
pemimpin upacara selesai mengadakan kontak gaib dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul,
maka segera menyusul kegiatan penyembelihan korban, memasak sekaligus menyiapkan sesaji.
Adapun
sesaji yang dihasilkan ada dua macam, yaitu sesaji
yang dilabuh dan sesaji selamatan setelah acara labuhan. Sesaji yang
dilabuh secara garis besar terdiri dari, kepala, wit, kaki, dan sedikit darah
hewan yang dijadikan korban, nasi tumpeng beserta kelengkapannya, kinangan
lengkap, bumbu masak lengkap, dan lain sebagainya. Sedangkan sesaji yang
digunakan untuk selametan setelah upacara tradisional labuhan adalah nasi
ambeng beserta lauk pauknya, dalam hal ini termasuk daging korban, baik dimasak
sate maupun gulai.
Selanjutnya,
para peserta upacara dengan membawa sajian yang akan dilabuh, bersama-sama
menuju ke kaki
gunung Kombang untuk mengadakan upacara labuhan. Setelah mereka sampai di
gunung kombang, Ki Rejotambak sebagai pimpinan upacara, segera membakar
kemenyan dan memenjatkan doa atas nama para peserta yang intinya memohon kepada Kanjeng Ratu Kidul
agar korbannya diterima serta mereka diberi keselamatan dan murah rejeki.
Setelah
pembacaan
doa selesai, mulailah Ki Rejotambak mulai melabuh sesaji ke dalam laut yang
diikuti oleh para peserta lainya, terutama yang ikut berkorban. Maka selesailah
acara melabuh sesaji ke pantai baron. Kegiatan selamatan penutup pada dasarnya
adalah merupakan suatu tanda, bahwa rangkaian kegiatan upacara tradisional
labuhan selesai.
No comments:
Post a Comment