Sunday, August 24, 2014

UPACARA LABUHAN PANTAI SELATAN


Salah satu bentuk upacara labuhan pantai selatan yang terkenal adalah labuhan di Pantai Baron, GunungKidul. Dalam hubungannya dengan upacara tradisional, yaitu upacara tradisional labuhan di Pantai Baron, berarti memberi sesaji kepada penguasa Laut Selatan, yang menurut kepercayaan sebagian warga masyarakat setempat ialah Kanjeng Ratu Kidul. Apabila dilihat dari proses penyelenggaraannya, rangkaian upacara tradisional labuhan itu berlangsung dua tahap, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
upacara.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan adalah kegiatan sebelum upacara dimulai. Ada dua macam kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pamong desa atau pejabat setampat, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh keluarga keturunan Ki Tirtasegara beserta warga masyarakat Upacara Labuhan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh ahli waris keluarga keturunan Ki Tirtasegara beserta warga masyarakat setempat pendukung upacara, mereka mengadakan komunikasi antara satu dengan yang lain. Intinya saling mengingatkan bahwa upacara tradisional labuhan sudah semakin dekat.
Mengenai masalah pembiayaan, dengan sukarela menyumbangkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan penyelenggaraan upacara labuhan. Ada yang membelikan seekor ayam, sejumlah bumbu, seekor kambing, seikat kayu bakar dan lain sebagainya.
Menurut tradisi, malam hari sebelum siang harinya dilaksanakan upacara tradisional labuhan, maka terlebih dulu dilaksanakan malam tirakatan. Tujuannya memanjatkkan doa, memohon kepada yang maha kuasa agar upacara labuhan yang akan dilaksanakan esok sorenya berjalan lancar dan tidak ada halangan.
Disamping itu, sebagian diantara peserta tirakatan, sudah ada yang mulai bekerja, khususnya memilah-milah bumbu dan menyiapkan perlengkapan untuk memasak esok harinya. Kegiatan-kegiatan itu, secara berurutan biasa disebutkan sebagai berikut, pembakaran kemenyan dupa oleh pemimpin upacara.
Setelah pemimpin upacara selesai mengadakan kontak gaib dengan penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul, maka segera menyusul kegiatan penyembelihan korban, memasak sekaligus menyiapkan sesaji.
Adapun sesaji yang dihasilkan ada dua macam, yaitu sesaji yang dilabuh dan sesaji selamatan setelah acara labuhan. Sesaji yang dilabuh secara garis besar terdiri dari, kepala, wit, kaki, dan sedikit darah hewan yang dijadikan korban, nasi tumpeng beserta kelengkapannya, kinangan lengkap, bumbu masak lengkap, dan lain sebagainya. Sedangkan sesaji yang digunakan untuk selametan setelah upacara tradisional labuhan adalah nasi ambeng beserta lauk pauknya, dalam hal ini termasuk daging korban, baik dimasak sate maupun gulai.
Selanjutnya, para peserta upacara dengan membawa sajian yang akan dilabuh, bersama-sama menuju ke kaki gunung Kombang untuk mengadakan upacara labuhan. Setelah mereka sampai di gunung kombang, Ki Rejotambak sebagai pimpinan upacara, segera membakar kemenyan dan memenjatkan doa atas nama para peserta yang intinya memohon kepada Kanjeng Ratu Kidul agar korbannya diterima serta mereka diberi keselamatan dan murah rejeki.
Setelah pembacaan doa selesai, mulailah Ki Rejotambak mulai melabuh sesaji ke dalam laut yang diikuti oleh para peserta lainya, terutama yang ikut berkorban. Maka selesailah acara melabuh sesaji ke pantai baron. Kegiatan selamatan penutup pada dasarnya adalah merupakan suatu tanda, bahwa rangkaian kegiatan upacara tradisional labuhan selesai.


No comments:

Post a Comment

PERSPEKTIF PANCASILA DALAM KAJIAN DINAMIKA POLITIK DI INDONESIA

PERSPEKTIF PANCASILA DALAM KAJIAN DINAMIKA POLITIK DI INDONESIA Oleh : Salvika Janti Lestari [*] ) Perspektif Pancasil...